RUQYAH DI MALANG

 Ruqyah di Malang

Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang
MAAF TIDAK MENERIMA RUQYAH...!!!


Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang
Mengapa kami tidak menerima Ruqyah?
Apakah Ruqyah yang ada saat ini sudah sesuai dengan ajaran Rasul?
 Simak dan temukan jawabannya berikut.

Pada zaman ini, telah banyak sekali bermunculan para manusia yang dengan bangga memamerkan bahwa mereka adalah ahli Ruqyahpakar Ruqyah, membuka praktek Ruqyah, dan lain-lain yang menjadikan mereka ujub (sombong), menipu ummat dan nampaklah jelas kejahilan pada diri mereka.

15 KESALAHAN DAN PENYIMPANGAN PARA PERUQYAH ZAMAN INI
  1. Ruqyah syar’iyyah termasuk perkara tauqifiyyah, tidak ditentukan cara-caranya dan ketentuan-ketentuannya kecuali dengan dalil, bukan hasil uji coba para peruqyah. Disebutkan dalam fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah,

    Ruqyah syar’iyyah (yang sesuai syari’at) adalah tauqifiyyah (ditetapkan dengan dalil), tidak boleh menambah-nambah di dalamnya, melebihi bentuk yang disyari’atkan.” [Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/100 no. 18569
  2. Penentuan jenis, jumlah atau waktu bacaan surat-surat atau doa dan dzikir tertentu secara khusus harus berdasarkan dalil, tidak boleh menentukan jenis tertentu, jumlah tertentu atau waktu tertentu tanpa dalil, apalagi meyakini khasiat tertentu dari penentuan tersebut [lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/209 no. 2]
    Contoh yang tidak ada dalilnya:
    • Penentuan amalan teknik membuka penyamaran jin
    • Penentuan amalan teknik menarik jin secara paksa

    • Teknik membantu pasien melihat wujud asli jin yang sebenarnya, ini jelas batil bertentangan denganfirman Allah ta’ala,

    يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
    “Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia (iblis/setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” [Al-A’raf : 27]
    * Dan sungguh masih sangat banyak contoh penyimpangan yang dilakukan oleh orang-orang yang menyebut diri mereka “peruqyah”, “praktisi ruqyah”, yang kadang suka mengadakan pelatihan-pelatihan ruqyah, membuka klinik-klinik ruqyah, menyibukkan diri dengan aktivitas ruqyah dan lupa menuntut ilmu syar’i kecuali sedikit waktu saja. 
  3. Seluruh ayat Al-Qur’an dapat digunakan untuk meruqyah, namun lebih ditekankan beberapa surat yang terdapat padanya dalil khusus tentang keutamaannnya dalam meruqyah, diantaranya surat Al-Fatihah, ayat Al-Kursiy, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas dan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam [lihat Fatawa Nur ‘alad Darb Syaikh Ibni Baz rahimahullah, 1/326] * Tidak ada dalil dan contoh dari Rasul untuk memotong-motong ayat-ayat tertentu sebagai do'a untuk meruqyah, apa lagi meyakini beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang dipotong itu dapat membunuh jin. 
  4. Meniup di air disertai sedikit ludah setelah membaca Al-Qur’an ketika meruqyah dibolehkan, telah dilakukan sebagian Salaf dan bermanfaat dengan izin Allah. Bukanlah karena mencari berkah dengan tiupan tersebut tapi dengan Al-Qur’an yang dibaca sebelumnya. Adapun mencari berkah dengan tiupan itu saja tanpa dibacakan Al-Qur’an maka termasuk kesyirikan, karena Allah ta’ala tidak menjadikan bekas siapa pun mengandung keberkahan kecuali Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam [Lihat Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibnil ‘Utsaimin rahimahullah, 1/108] 
  5.  Ruqyah jarak jauh dengan perantara pengeras suara atau telepon tidak dibenarkan, hendaklah meruqyah secara langsung [lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/92 no. 6] 
  6. Ruqyah dengan kaset atau rekaman tidak dibenarkan karena ruqyah membutuhkan niat, keyakinan dan meniup kepada si sakit [lihat fatwa Asy-Syaikh Al-Albani dalam Silsilatul Huda wan Nur no. 616 Fatwa no. 7 dan Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/93 no. 8] 
  7. Ruqyah massal dalam jumlah banyak sehingga tidak memungkinkan bagi orang yang meruqyah untuk membaca di depan orang yang diruqyah maka tidak dibenarkan [Fatwa Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan dalam Video Siaran Tanya Jawab tanggal 20/8/1435 H dan Asy-Syaikh Shalih As-Suhaymi hafizhahumallah yang kami dengar di majelis beliau di Masjid Nabawi]* Adapun meruqyah dua atau tiga orang yang memungkinkan untuk membaca dan meniup langsung di hadapan mereka maka tidak apa-apa [Lihat Fatwa Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah dalam Fatawa Nur ‘alad Darb, 1/325]
  8. Mempercayai semua yang dikatakan jin dengan semua perkataannya dan para peruqyah sangat bangga saat mereka berhasil mengalahkan jin atau lebih bangga lagi (sombong) saat mereka meyakini bahwa jin tersebut telah masuk islam. Telah jelas bahwa sifat jin itu adalah kadzdzab (pendusta) sebagiaman yang telah Rasul sebutkan dalam hadits tentang turunnya ayat kursi yang Rasul katakan kepada Abu Hurairah bahwa, وَهُوَ كَذُوبٌ"(....asalnya (jin / setan itu -pent) dia adalah pendusta...." (HR. Bukhari 2311)).Tetapi boleh kita berbicara dengan jin untuk berdiskusi dan tentunya dengan ilmu bukan dengan asal-asalan. "Boleh berbicara dengan jin yang mengganggu si sakit untuk menasihatinya dan mengingatkannya akan bahaya menyakiti seorang muslim, dilakukan sesuai kebutuhan, tidak boleh berlebihan dalam berbicara kepadanya" [Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/101-102 no. 16653] 
  9. Tidak boleh meminta bantuan jin atau menggunakannya dalam meruqyah, hukumnya haram dan termasuk sarana yang mengantarkan kepada syirik [Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/102 no. 2]* Dan sebagian praktisi ruqyah ada juga yang menggunakan jin untuk membatunya dalam meruqyah. 
  10. Boleh meruqyah orang kafir selain kafir dzimmi (kafir yang tidak memerangi kaum muslimin) selama tidak mengandung penyelisihan terhadap syari’at [Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/103 no. 2]Sebagian peruqyah ada yang mereka tidak mau bahkan mengharamkan meruqyah orang kafir walau ia kafir dzimmi (kafir yang tidak memerangi kaum muslimin). Yang tidak diperbolehkan adalah diruqyah oleh orang kafir. "Tidak boleh menerima ruqyah orang kafir dan berobat kepada mereka, kecuali dalam pengobatan kedokteran yang mubah seperti mengobati luka dan yang semisalnya" [Lihat Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/104 no. 16388] 
  11. Mementukan tarif Ruqyah dengan cara apa pun termasuk dengan memberi kata "seikhlasnya". Hal ini sangat bertentangan dengan firmna Allah.
    اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِهِ ۚ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
    "Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu". (QS. At-Taubah : 9)

    Namun jika diberi tanpa meminta maka hal ini tidak mengapa sebagaimana yang telah diterangkan pleh Syaikhuna Bin Baz, "Tdak apa-apa mengambil upah dari meruqyah [Lihat Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibni Baz rahimahullah, 19/339] 
  12. Menjadikan ruqyah sebagai profesi hukumnya haram karena tidak ada contoh dari Salaf dan akan membuka pintu-pintu fitnah para dukun yang berprofesi tersebut [Fatwa Asy-Syaikh Shalih As-Suhaymi hafizhahullah dalam ceramah terekam berjudul Ittikhadzur Ruqyah Mihnatan lil Kasbi Muharramun, wa Bayaanul Mahaadziir fii Dzaalik] 
  13. Kebanyakan para peruqyah selalu menganjurkan bahkan tidak afdhol jika meruqyah tanpa menggunakan daun sidr (bidara), mereka meyakini bahwa daun bidara berkhasiat untuk mengusir jin dan sangat ditakuti oleh jin. Sungguh ini adalah keyakinan yang batil sebab tidak adanya dalil yang menunjukkan hal itu, adapun dalil dari Rasulullah tentang daun bidara hanya berkaitan tentang memandikan mu'alaf (orang yang masuk islam), memandikan mayit, dan mandi dari haid.
    Adapun dalilnya:

    Dari Qosim bin A'shim:
    أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ أُرِيْدُ الإِسْلاَمَ فَأَمَرَنِيْ أَنْ أَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ
    “Saya mendatangi Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam untuk masuk Islam maka Nabi memerintahkan kepadaku untuk mandi dengan air dan daun bidara”. (HR. Ahmad 5/61, Abu Daud no. 355, An-Nasa`i 1/91, At-Tirmidzy no. 605 dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam Shohih At-Tirmidzy 1/187).

    Dari Ibnu Abbas tentang seseorang meninggal saat jatuh dari unta:
    اغْسِلُوْهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وَكَفِّنُوْهُ فِي ثَوْبَيْنِ.
    “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara dan kafanilah dengan dua baju”. (HR. Bukhari, Muslim).

    Dari Aisyah bahwa Asma' binti Syakal bertanya tentang mandi haid:
    تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُوْرَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتُدْلِكُهُ دَلْكًا شَدِيْدًا حَتَى يَبْلُغَ شُؤُوْنَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا. فَقَالَتْ أَسْمَاءُ : وَكَيْفَ
    أَتَطَهَّرُ بِهَا ؟ فَقَالَ : سُبْحَانَ الله تَطَهَّرِيْنَ بِهَا. فَقَالَتْ عَائِشَةُ : كَأَنَّهَا تَخْفَى ذَلِكَ تَتَبَّعِيْنَ أَثَرَ الدَّمِ.
    “Hendaklah salah seorang di antara kalian mengambil air dan daun bidara kemudian bersuci dengan sempurna kemudian menyiram kepalanya dan menyela-nyelanya dengan keras sampai ke dasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan air. Kemudian mengambil sepotong kain (atau yang semisalnya-pent.) yang telah diberi wangi-wangian kemudian dia bersuci dengannya. Kemudian Asma` bertanya lagi : “Bagaimana saya bersuci dengannya?”. Nabi menjawab : “Subhanallah, bersuci dengannya”. Kata ‘Aisyah : “Seakan-akan Asma` tidak paham dengan yang demikian, maka ikutilah (cucilah) bekas-bekas darah (kemaluan)”. (HSR. Muslim)
  14. Membuka klinik ruqyah tidak dibenarkan karena tidak ada contoh dari Salaf (orang-orang terdahulu) yang shaleh dari kalangan sahabat, tabi'in, tabi;ut tabi;in dan para ulama' sunnah -pent) dan demi menutup pintu-pintu fitnah sikap ghuluw manusia terhadap para peruqyah [Lihat Fatwa Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah dalam Kitab Durus fi Syarhi Nawaaqidil Islam, hal. 157]
  15. Membuat klinik atau panti ruqyah itu sama saja dengan menjadi wasilah (perantara) bagi manusia untuk minta diruqyah dan telah tegas hadits dari Rasul bahwa golongan yang masuk surga tanpa hisab salah satunya adalah mereka yang tidak minta untuk diruqyah dan para peruqyah ini adalah orang-orang yang menyebabkan kesempatan manusia masuk surga tanpa hisab "hilang".
    Dalilnya adalah:

    عَنْ حُصَيْن بْنِ عَبْدِ الرَّ حْـمَنٍ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ أَيُّكُمْ رَأَى الْكَوْكَبَ الَّذِي انْقَضَّ الْبَارِحَةَ قُلْتُ أَنَا ثُـمَّ قُلتُ أَمَا إِنِّـي لَـمْ أَكُنْ فِـي صَلاَةٍ وَلَكِنِّـي لُدِغْتُ قَالَ فَمَاذَا صَنَعْتَ قُلْتُ اسْـتَرْقَيْـتُ قَالَ فَمَا حَمَلَكَ عَلَى ذَلِكَ قُلْتُ حَدِيثٌ حَدَّثَنَاهُ الشَّعْبِـيُّ فَقَالَ وَمَا حَدَّثَكُمُ الشَّعْبِـيُّ قُلْتُ حَدَّثَنَا عَنْ بُرَيْدَةَ بْنِ حُصَيْبٍ اْلأَسْلَمِـيِّ أَنَّهُ قَالَ لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْـنٍ أَوْ حُـمَةٍ فَقَالَ قَدْ أَحْسَـنَ مَنِ انْتَهَى إِلَـى مَا سَـمِـعَ وَلَكِنْ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِـيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَـيَّ اْلأُمَـمُ فَرَأَيْتُ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّهَيْطُ وَ النَّبِـيَّ وَ مَعَهُ الرَّجُلُ وَ الرَّجُلاَنِ وَ النَّبِـيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِـي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِـي فَقِيلَ لِـي هَذَا مُوسَـى عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَ قَوْمُهُ وَ لَكِنِ انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي انْظُرْ إِلَـى اْلأُفُقِ اْلآخَرِ فإِذَا سَـوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِـي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَ مَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُـمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِـي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْـجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِـي اْلإِسْلاَمِ وَ لَـمْ يُشْرِكُوا بِاللهِ وَ ذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَـخَرَخَ عَلَيْهِمْ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَـخُوضُونَ فِـيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِـحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُـمَّ قَامَ رَجُلٌ آجَرُ فَقَالَ ادْعُ اللهَ أَنْ يَـجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِـهَا عُكَّاشَةُ
    Dari Hushain bin Abdurrahman berkata: “Ketika saya berada di dekat Sa’id bin Jubair, dia berkata: “Siapakah diantara kalian yang melihat bintang jatuh semalam?” Saya menjawab: “Saya.” Kemudian saya berkata: “Adapun saya ketika itu tidak dalam keadaan sholat, tetapi terkena sengatan kalajengking.” Lalu ia bertanya: “Lalu apa yang anda kerjakan?” Saya menjawab: “Saya minta diruqyah” Ia bertanya lagi: “Apa yang mendorong anda melakukan hal tersebut?”Jawabku: “Sebuah hadits yang dituturkan Asy-Sya’bi kepada kami.” Ia bertanya lagi: “Apakah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya’bi kepada anda?” Saya katakan: “Dia menuturkan hadits dari Buraidah bin Hushaib: ‘Tidak ada ruqyah kecuali karena ‘ain (sihir mata jahat) atau terkena sengatan.'”

    “Sa’id pun berkata: “Alangkah baiknya orang yang beramal sesuai dengan nash yang telah didengarnya, akan tetapi Ibnu Abbas radhiyallâhu’anhu menuturkan kepada kami hadits dari Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam, Beliau bersabda: ‘Saya telah diperlihatkan beberapa umat oleh Allâh, lalu saya melihat seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi sendiri, tidak seorangpun menyertainya. Tiba-tiba ditampakkan kepada saya sekelompok orang yang sangat banyak. Lalu saya mengira mereka itu umatku, tetapi disampaikan kepada saya: “Itu adalah Musa dan kaumnya”. Lalu tiba-tiba saya melihat lagi sejumlah besar orang, dan disampaikan kepada saya: “Ini adalah umatmu, bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang, mereka akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.”.’Kemudian Beliau bangkit dan masuk rumah. Orang-orang pun saling berbicara satu dengan yang lainnya, ‘Siapakah gerangan mereka itu?’ Ada diantara mereka yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka itu sahabat Rasulullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam.’ Ada lagi yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah berbuat syirik terhadap Allâh.’ dan menyebutkan yang lainnya. Ketika Rasulullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Beliau bersabda: ‘Mereka itu adalah orang yang tidak pernah minta diruqyah, tidak meminta di kay (sundutan api) dan tidak pernah melakukan tathayyur (percaya tahayul) serta mereka bertawakkal kepada Rabb mereka.’Lalu Ukasyah bin Mihshon berdiri dan berkata: “Mohonkanlah kepada Allâh, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab: ‘Engkau termasuk mereka’, Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata:’Mohonlah kepada Allâh, mudah-mudahan saya termasuk golongan mereka!’ Beliau menjawab:’Kamu sudah didahului Ukasyah". (HR. Mutafaqun 'Alaih)
Dari penjelasan di atas maka kami Bekam di Malang Medika Azzaisy  tidak menerima Ruqyah atau dimintai untuk meruqyah kecuali jika kami dengan tidak disengaja mendapati pasien yang berhak untuk diruqyah secara tiba-tiba tanpa diminta sebelumnya.

Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang

Ruqyah di Malang, Ruqyah di Malang,